Taman ilmu dan budi. Penghuninya kini sang tiung yang peramah, sang kucing yang manja dan sang bangau yang setia. Sirih sudah pulang ke gagangnya. Sang penyu kembali ke pantai kecintaannya. Sang ikan pulang ke lubuknya. Terkini, tebuan juga sudah pulang ke sarangnya. Taman ini sungguh indah, sunguh damai… seindah, sedamai Ramadan yang membahagiakan… semurni… sesegar rumput nan menghijau usai hujan rahmat yang berlimpahan.
Ceri merenung ke langit biru dari jendela kamar yang terbuka luas menghadap ke kampusnya yang damai dalam pelukan alam yang menghijau. Ramadan kareem kini berada di penghujungnya. Hatinya tersayat sayu . Tak sanggup rasanya untuk melepaskan. Alangkah rindunya dia nanti… saat Ramadan berlalu pergi… meninggalkannya termangu sendiri… menghitung hari. Air matanya jatuh lagi… berderaian bagai mutiara salju … tak tertahan rasa hati.
“Biarkan Ramadan berlalu pergi sayang. Asal semangatnya masih di sini… di nuranimu yang paling dalam.. semangat Badar yang tak sekali-kali tunduk pada kekufuran dan nafsu yang membinasakan. Semangat pejuang sejati yang tak pernah mampu dikalahkan meski nyawa sudah tercerai dari badan”. Mersik suara bonda memujuknya di hujung talian.
Ceri tersenyum tenang. Malam berlabuh datang. Bulan seakan tersenyum, bertasbih di balik awan. Bintang seakan bersujud, disimbah nur iman. Ceri bingkas bangun, memperbaharui wuduk, mengulang-ngulang juzuk ke 25 dalam setiap rakaat tahajudnya sebelum menutupnya dengan witir dan munajat yang panjang. Semangat Badar menderu-deru. Tugasan pengajiannya segera disempurnakan satu per satu. Taufan cintanya berseru… demi Esa… seluruh jiwa dan raganya segera dihijrahkan… sepantas buraq… merentas cakrawala…. memburu al-falah beriring jiwa mutmainah. Allahu akbar!
No comments:
Post a Comment